Jakarta – Dalam sidang kasus korupsi pengelolaan timah, hakim menitipkan banyak pertanyaan kepada terdakwa, Harvey Moeis, terkait posisi dominannya di bisnis tersebut. Harvey beralasan bahwa ia hanya menyampaikan pesan. Awalnya, hakim merasa heran akan peran besar Harvey dalam bisnis timah, meskipun Harvey dianggap sebagai orang luar dan bukan bagian dari para pengusaha timah.
“Saudara di sini peranannya sangat dominan, padahal saudara hanya dianggap sebagai teman. Jika kita bertemu di pertemuan bisnis, sungkan untuk ikut campur. Namun saudara justru mengambil peran penting. Menghadiri berbagai pertemuan dan menangani urusan seperti CSR dan dana lainnya jelas menunjukkan pengaruh,” ujar hakim selama persidangan di PN Jakarta Pusat, Jumat (6/12/2024).
Hakim pun bertanya apakah ada yang mendorong atau memerintahkan Harvey untuk terlibat sebesar itu. “Apakah ada yang di belakang saudara atau menyuruh? Logikanya, perannya tidak semudah itu didapatkan,” lanjut hakim.
Harvey menegaskan bahwa peran besar sebenarnya adalah milik PT Timah, sementara dirinya hanya menghubungkan orang-orang terkait urusan ini. “Yang Mulia, menurut saya yang berperan signifikan itu PT Timah. Saya hanya mengurus kontak-kontak orang,” ungkap Harvey.
Hakim terus merasa bingung dengan posisi Harvey yang tampaknya mampu mengumpulkan dana dari para pengusaha timah. “Secara logika, itu tidak masuk akal. Seharusnya peran seperti itu diambil oleh yang bergabung dengan para pengusaha,” kata hakim.
Meskipun begitu, Harvey tetap membantah peran besar dalam bisnis timah. Dia menegaskan bahwa dirinya hanya bertindak sebagai penyampai pesan dan tidak memiliki pengaruh besar. “Saat itu saya hanya berusia 33 tahun, Yang Mulia. Saya tidak mungkin mengatur pemain senior di industri timah,” ujar Harvey.
Harvey Moeis menolak tuduhan yang mengaitkannya dengan dominasi dalam bisnis timah, menegaskan bahwa ia hanya bertugas menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain.